Breaking News
Loading...
Wednesday 20 February 2013

Info Post
PEMBAHASAN


PROGRAM 1 : SEKILAS KEHIDUPAN KOTA SOLO
A.   Sejarah Berdirinya Kota Solo
Sejarah berdirinya kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan kota Solo bermula ketika Sunan Pakubuwono ke II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan belanda J.A.B Van Hohendorff untuk mencari lokasi ibukota kerajaan Mataram Islam yang baru.
Dengan mempertimbangkan faktor fisik dan non fisik akhirnya terpilih suatu desa di tepi sungai Bengawan yang bernama Desa Sala (1745 Masehi atau 1671 Jawa). Dan sejak saat itu Desa Sala berubah menjadi Surakarta Hadinigrat dan terus berkembang pesat. Kota Surakarta pada awalnya adalah kota Mataram. Kota ini bahkan menjadi pusat pemerintahan Kota Mataram.
Adanya Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 menyebabkan Mataram Islam terpecah karena propaganda kolonialisme Belanda yang menyebabkan pusat pemerintahan terpecah menjadi dua, yaitu di Surakarta dan Yogyakarta. Selanjutnya adanya Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 menyebabkan pusat pemerintahan kembali terpecah menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran. Kasunanan Surakarta dipimpin oleh PB III (Pakubuwono II). Sedangkan Kasultanan Jogjakarta atau Mangkunegaran dipimpin oleh HB I (Hamengkubuwono I)
Pada tahun 1742, orang-orang Tiong Hoa memberontak dan melawan kekuasaan Pakubuwono II yang bertahta di Kartasura, sehingga Keraton Kartasura hancur, dan Pakubuwono II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur. Dengan bantuan VOC, pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan Kartasura dapat direbut kembali. Sebagai ganti Ibukota Kerajaan yang telah hancur, maka didirikanlah Keraton baru di Surakarta, 20 km ke arah selatan-timur dari Kartasura pada tahun 1745. Peristiwa ini, kemudian dianggap sebagai titik awal didirikannya kota Surakarta.
Bersamaan dengan pindahnya Keraton Surakarta ke Desa Sala, lalu Kota Sala diberi nama Surakarta Hadiningrat. Jadi, Surakarta Hadiningrat dijadikan sebagai nama Ibukota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Sala atau Solo. Asal mula kota ini dinamakan Sala atau Solo dikarenakan desa ini berawa-rawa dan penuh pohon sala, yaitu pohon tom atau nila, namun ada juga yang menyebut pohon sala sejenis pohon pinus, seperti yang tertulis dalam “Serat Babad Sengkala“ yang disimpan di “Sana Budaya Jogjakarta“. Selain itu Sala berasal dari bahasa Jawa asli yang merupakan nama pohon sebangsa pinus yang tumbuh di daerah Sala.
Saat ini Solo telah menjadi salah satu kota yang memiliki pemerintahan yang maju dan memiliki semboyan “Berseri” yang merupakan akronim dari “Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah” sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, saat ini Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa



TUGAS 1
Pasar Gedhe Hardjonagoro
Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedhé dalam bahasa Jawa.
Pasar monumenal di Solo ini mulai dibangun Herman Thomas Karsten, seorang arsitek Belanda, tahun 1927. Pada 12 Januari 1930. Nama pasar ini adalah Pasar Gedhe yang diresmikan oleh Paku Buwono X. Konon, dalam pembangunan pasar monumenal ini menelan biaya sekitar 650.000 gulden pada masa itu – kini setara dengan Rp 2,47 miliar. Pasar Gede adalah simbol harmonisasi antara budaya lokal dan budaya asing, yang diwakili oleh PB X selaku penggagas, dan Karsten sebagai eksekutor yang meski bukan orang Indonesia, tapi ternyata sangat menghargai budaya lokal. Hasilnya adalah arsitektur Indis yang dalam tataran filosofis arsitektural memberikan rasa ruang dan rasa tempat yang khas. Sebuah karya arsitektur yang nyaris sempurna secara tipologis, karena memperhatikan pendekatan rasional dan mempertimbangkan iklim budaya lokal.
Sebagai pasar tradisional, Pasar Gede awalnya bernama Pasar Gedhé Hardjonagoro, yang diambil dari nama cucu kepala Pasar Gedhé masa itu (1930), Go Tik Swan –keturunan Tionghoa namun mendapat gelar KRT Hardjonagoro dari PB XII. Dekatnya Pasar Gede dengan komunitas Tionghoa dan area Pecinan bisa dilihat dengan keberadaan sebuah klenteng Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie di dekatnya yang tak jauh dari perkampungan warga keturunan Tionghoa (pecinan) yang bernama Balong yang letaknya di Kelurahan Sudiroprajan. Itulah mengapa para pedagang sekalipun sekarang tidak dominan banyak yang merupakan keturunan etnis Tionghoa. Nama “gede” yang berarti besar, dipakai juga karena pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana.
Dulu pasar ini sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cina-pribumi dengan harapan hubungan antar etnis yang semula berkonflik dapat berlangsung harmonis. Sebagai pasar tradisional peninggalan masa lalu, pasar ini merupakan aset budaya masyarakat Solo. Apalagi jika mengingat jejak sejarahnya, di mana pasar ini muncul dari embrio pasar candi yang berkarakter Candi Padurasa. Proses perubahan Pasar Candi berubah menjadi pasar ekonomi yang disebut “Pasar Gede Oprokan” yang digambarkan dengan payung-payung peneduh untuk kegiatan pasar. Tentu saja, dulunya Pasar Gede hanya sebuah pasar kecil di area seluas sekitar 5.000 meter persegi di persimpangan jalan dari kantor gubernur (sekarang Balai Kota Surakarta). Diberi nama pasar gede karena terdiri dari atap yang besar. Di pasar inilah dulu distribusi barang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Surakarta.
Tahun 1947, pasar ini mengalami akibat serbuan Belanda, dan direnovasi tahun 1949. Perbaikan atap selesai juga dilakukan tahun 1981. Kemudian pada 28 April 2000 pasar ini ludes dilalap api. Renovasi pun dilakukan dengan mempertahankan arsitektur asli, ketinggian aspek kultural dan historis yang berusaha dipertahankan dan akhirnya selesai di penghujung tahun 2001. Pemerintah indonesia mengganti atap yang lama dengan atap dari kayu. Bangunan kedua dari pasar gedhe, digunakan untuk kantor DPU yang sekarang digunakan sebagai pasar buah.
Salah satu kecanggihan pasar ini adalah, turut memperhatikan keperluan penyandang cacat dengan dibangunnya prasarana khusus bagi pengguna kursi roda
Kondisi bangunan pasar ini jauh lebih beradab dari pasar pada umumnya. Betapa Karsten sudah mempertimbangkan atap, sirkulasi udara, masuknya cahaya agar kondisi pasar tidak pengap, lembab dan juga menciptakan iklim komunikasi yang baik dengan cara membuat lorong yang dibuat lebar untuk memudahkan interaksi antar pedagang. Dengan bijak ia melakukan semacam pengamatan akan kebiasaan masyarakat pengguna dan mempelajari kebudayaan setempat. Tidak seperti kebanyakan arsitek Belanda yang justru terkesan memaksakan ide “Belanda” pada bangunan-bangunan di Indonesia.
Lokasi Pasar Gedhe berada di Kelurahan Sudiroprajan yang berada di Jalan Sudirman dan Jalan Pasar Gedhe, bila dilihat dari tata geografisnya, Pasar Gedhe masuk dalam kawasan segitiga emas kota Solo. Bila di Jakarta ada segitiga emas Kuningan, Letak Pasar Gedhe Solo pun juga berada di segitiga emas yang meliputi Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, dan Pasar Gedhe sendiri.
Pasar Gedhe termasuk cagar budaya kota Solo berdasarkan Surat Keputusan Walikota No. 646 tahun 197 tentang perlindungan cagar budaya di kota Solo. Dengan potensi lahan seluas 8.560 meter persegi yang terdiri dari 127 ruko, 133 kios, 633 los pasar dan sekitas 250 lapak pedagang, potensi pasar tersebut sangat cukup dikenal oleh orang luar Solo. Bahkan turis domstik dan asing pun dalam kesempatan berkunjung ke kota Solo biasanya menyempatkan waktunya untuk berelanja ke pasar ini.
Selain dekatnya Pasar Gedhe dengan Pecinan di Kelurahan Sudiropradjan juga mempengaruhi jenis dagangan yang dijual. Lihat saya dagangan buah – buahan, juga sembako bahkan jajanan khas Solo seperti Krasikan, Kue Wajik, Intip, Kue Mangkok dan Rempah – rempah bahan racikan jamu tradisional pun dijajakan di Pasar Gedhe. Harga jajanan di Pasar ini pun juga sangat murah untuk ukuran kota Solo.
Biasanya pedagang ini menggelar dagangannya di depan pintu masuk pasar dan sebagian juga berdagang didalam los pasar. Diantara penuh sesaknya parkir becak,sepeda motor, sepeda onthel, dan mobil yang memeuhi areal luar pasar, membuat lalu lintas sedikit padat di jam kerja.
Pasar Gedhe dilihat dari bundaran depan Balaikota Solo. Keunikan lain didalam pasar ini adalah hokum “sliding price” atau harga lunak dalam hal tawar menawar antara pembeli dan penjual. Perilaku tawar menawar ini masih terjaga dengan baik disini. Umumnya pedagang menggunakan bahasa Jawa karma inggil ketika menyapa pembeli. Karena itu keakraban antara pembeli dan penjual yang menjadi pelanggan tetap sangat terjaga dengan baik.




TUGAS 2
A.   Membuat Tanggapan Suatu Kasus yang Disampaikan

1.      Sebuah perusahaan perumahan membangun kawasan perumahan dengan arsitektur gaya eropa semua.
Tanggapan : Dalam kasus pertama ini tidaklah sebagai masalah bila suatu perusahaan perumahan membangun kawasan perumahan dengan arsitektur gaya eropa semua, asalkan Kawasan perumahan tersebut tidak terletak disekitar bangunan – bangunan bersejarah sehingga keindahan dan nilai – nilai bangunan bersejarah tidak terganggu dengan adanya kawasan perumahan tersebut. Bahkan dapat menambah keanekaragaman bangunan di Kota Solo.

2.      Ada sebuah rumah bernilai sejarah dan budaya, tetapi dibongkar menjadi bangunan baru sama sekali.
Tanggapan : Dalam kasus yang kedua ini saya sangat tidak setuju sama sekali karena dilakukan pembongkaran secara keseluruhan. Karena dengan membongkar keseluruhan bangunan yang bernilai sejarah itu dapat memicu dan mempercepat punahnya bangunan – bangunan peninggalan di Kota Solo ini, bila pun diadakan renovasi saja itu sudah cukup, sebaiknya tidak melakukan pembongkaran keseluruhan agar nilai – nilai sejarah dan budayanya tidak hilang atau bahkan punah.

3.      Sebuah rumah kuno penuh coretan – coretan dan menjadi markas tuna wisma.
Tanggapan : Dalam kasus yang ketiga ini, menurut pendapat saya rumah kuno itu tidak dirawat baik denganempunya, atau bahkan terabaikan, sehingga tangan – tangan yang tidak bertanggung jawab pun mengotori bangunan yang sangat berharga itu. Jikalau rumah kuno itu beralih fungsi menjadi markas para tuna wisma sebaiknya pemerintah kota lebih peduli terhadap keadaan rumah kuno itu lebih memperhatikan para tuna wisma agar diberi keterampilan.

B.   Riwayat Pembentukan Kota
Kota Solo tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan dua pusat kekuatan tradisional, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran. Keraton Kasunanan Surakarta merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Islam setelah mengalami perpecahan. Kota Solo berdiri pada tanggal 17 Februari 1745 bertpatan dengan perpindahan pusat kekuasaan Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Keraton baru tersebut terletak di desa Sala (tempat bermukim Kyai Gedhe Sala) dan berhadapan dengan Benteng Vastenberg yang didirikan VOC sejak 1742.
Dalam perkembangannya, Kerajaan Mataram terpecah menjadi 2 yaitu : Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Sesuai dengan perjanjian Giyanti yang dibuat pada tahun 1755. Padatahun 1755 dibuat perjanjian Salatiga yang membagi wilayath Surakarta menjadi 2 yaitu Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran. Pada tahun 1813 wilayah Yogyakarta juga terbagi menjadi 2 yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualam.
Setelah Indonesia merdeka, muncul gerakan antiswapraja, sehingga rencanapembentukan Daerah Istimewa Surakarta gagal. Wilayah Surakarta selanjutnya menjadi Karesidenan Surakarta. Seiring dengan pembentukan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1950, Karesidenan Surakarta diintegrasikan ke dalam Provinsi Jawa Tengah
Pembagian Wilayah Kekuasaan dan Toponimi Kawasan
        Pada masa kolonial, pemerintah Kota Surakarta terbagi ke dalam wilayah kekuasaan yakni Kasunanan dan Mangkunegaran. Keberadaan rel kereta api yang membelah kota sepanjang Poerwosari Weg (sekarang jalan Slamet Riyadi) menjadi semacam “batas psikologis” dua kekuasaan tradisional tersebut. Mulai tahun 1927 Kota Surakarta dibagi menjadi 2 daerah kekuasaan yakni Kawedanan Distrik Kota Surakarta dan Kawedanan Distrik Kota Mangkunegaran.
Pembagian wilayah dalam suatu kota tersebut menggambarkan adanya dua penguasa tradisional dibawah koordinasi seorang residen yang merupakan representasi pemerintah kolonial India Belanda. Hal itu tercermin pada tata letak Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang berada diantara kdiaman residen / gubernur, dalam jarak yang tidak berjauhan, begitu pula halnya dengan keberadaan Kepatihan yang menjalankan pemerintahan sehari – hari.
Pembagian wilayah kekuasaan dalam satu kota,telah membat tata kota Surakarta memiliki dua corak. Corak tradisional terletak diseblah selatan rel kereta api (wilayah Kasunanan) dan corak tata kota bergaya Eropa terletak di belahan utara rel kereta api (utamanya yang termasuk dalam onder distrik Banjarsari, Kawedanan kota Mangkunegaran).
Tata letak bangunan kota Surakarta masa lampau terpusat pada Keraton sebagai pusat kekuasaan (kuthagara), kota dan sekitarnya disebut sebagai Negara gung dan luar wilayah kota sebagai manca negara. Kompleks keraton disebut baluwarti (dalam bahasa Portugis, baluwarte mempunyai arti benteng). Di dalam baluwarti terdapat Keraton dan tempat tinggal para kerabat dan pembantu Raja (sentana dalem dan abdi dalem). Nama orang pribumi penting yang menjadi nama kampung antara lain : Purwodiningratan, Kusumayudan, Mangkubumen, Singosaren, Notodiningratan, dan sebagainya.
Tata ruang dan tata letak pemukiman di kawasan Mangkunegaran lebih bercorak kota Eropa dan lebih banyak disesuaikan bagi kepentingan militer. Tata ruang wilayah Mangkunegaran memisahkan wilayah hunian, rekreasi, pelayanan public, komersial, dan ruang terbuka hijau.
Bangunan penting yang berada di wilayah onder distrik Mangkunegaran antara lain kompleks Pura Mangkunegaran, kawasan Pamedan Mangkunegaran (gedung Kavaleri – Artileri), Societet Sasono Suko (sekarang Monumen Pers Nasional), Kantor Onderneming Mangkunegaran (sekarang gedung PTN IX).

TUGAS 3
1.      Kota Solo secara psikologis terbelah menjadi dua, yaitu : wilayah Kawedanan Distrik Kota Surakarta yang terdiri dari Distrik atau Kecamatan Jebres, Pasar Kliwon, Serengan, dan Laweyan dan wilayah Kawedanan Distrik Mangkunegaran yang terdiridari Distrik atau Kecamatan Banjarsari.
2.      Ciri – ciri dari Kawedanan Distrik Kota Surakarta :
a.       Corak tata bangunan bergaya tradisional
b.      Memiliki dua corak tata kota
c.       Kawasan pemukiman bercorak kejawaan, oleh HJ Van Mook disebut kejawaan karena kawasan ini bermukim bagi etnis tradisional jawa.
d.      Bangunan – bangunan penting peninggalan masa silam dan toponimi kota lebih banyak bercorak jawa.
e.       Terdapat berbagai macam penukiman (Jawa, Tionghoa, Eropa, Arab)
f.       Kompleks keraton ditinggali oleh kerabat dan pembantu raja.
g.      Tata letak bangunan kota Surakarta masa lampau terpusat pada keraton sebagai pusat kekuasaan (kuthagara) kota dan sekitarnya disebut Negara gung.
h.      Toponimi kawasan Kasunanan banyak menggunakan nama orang terkemuka, jabatan, kedudukan, fungsi dalam pemerintahan, maupun peristiwa atau situasi yang pernah terjadi di kawasan tersebut.
Contohnya berdasarkan :
Ø  Nama orang pribumi yang terkemuka :
a.       Purwadiningratan
b.      Kusumayudan
c.       Mangkubumen
d.      Singosaren
e.       Notodiningratan
Ø  Nama orang terkenal Eropa :
a.       Jebres
b.      Petoran
c.       Ngemingan
d.      Jurnasan
e.       Sekar Pace
f.       Loji Gandrung
Ø  Jabatan dan fungsi dalam pemerintahan :\
a.       Sraten
b.      Kemlayan
c.       Jajar
d.      Bumi
e.       Kerten
f.       Penumping
Ø  Keadaan yang pernah terjadi :
a.       Kandang Sapi
b.      Kedung Lumbu
c.       Tambak Segaran
d.      Balapan
Ø  Cerita Pewayangan :
a.       Ngedraprasta
b.      Norowangsan
3.      Ciri – ciri dari Kawedanan Distrik Mangkunegaran :
a.       Corak tata bangunan bergaya eropa.
b.      Kawasan pemukiman bercorak plandan, oleh HJ Van Mook disebut plandan, karena kawasan ini bermukim bagi etnis Eropa. Plandan berasal dari kata Landa atau Belanda.
c.       Bangunan – bangunan penting peninggalan masa sialm dan toponimi kota lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Belanda.
d.      Tata ruang dan tata letak permukiman di kawasan Mangkunegaran lebih bercorak Eropa dan lebih banyak disesuaikan bagi kepentingan militer. Hal ini terjadi karena Kadipaten Mangkunegaran adalah satu – satunya daerah Swapraja yang diizinkan memiliki pasukan yang siap tempur. Tata ruang wilayah Mangkunegaran memisahkan wilayah hunian, rekreasi, pelayanan publik, komersial, dan ruang terbuka hijau, Ciri khas wilayah Mangkunegaran ditandai dengan adanya taman disetiap sudut pemukiman yang berdekatan dengan Kantor Kelurahan dan Pos Keamanan.
e.       Tempat awal berkembangnya agama kristen.
f.       Nama kampung yang digunakan berdasarkan jabatan.
g.      Toponimi kawasan Mangkunegaran banyak menggunakan fungsi atau jabatan tertentu sebagai nama kawasan utamanya kesatuan atau pangkat militer:

Contohnya berdasarkan :
Ø  Jabatan tertentu :
a.       Tumenggungan
b.      Madyotaman
c.       Timuran
d.      Punggawan
e.       Bromantakan
Ø  Kegiatan  militer :
a.       Kestalan
b.      Stabelan
c.       Ngebrusan
Ø  Menggunakan kata Belanda :
a.       Partinituin
b.      Partinahblosch
c.       Koesoemawardaniplein
d.      Villapark
4.      Nama – nama daerah atau wilayah yang sekarang sudah tidak ada atau sudah diganti namanya, yaitu :
a.       Krapyak
b.      Lojiwurung
c.       Ngadisuryan
d.      Pasanggrahan

A.   Solo sebagai Pusat Perjuangan Bangsa Indonesia

Di samping sebagai pusat budaya, Solo pada masa lalu juga menjadi pusat pertumbuhan peradaban modern. Peradaban modern tersebut ditandai dengan adanya keberadaan institusi pendidikan bergaya Barat, kantor dagang modern, perbankan, trem dan kereta api, perkebunan besar, listrik, surat kabar, dan sebagainya.
Jaringan kereta api antar kota pertama di Jawa menghubungkan Semarang dan Solo yang diusahakan oleh perusahaan swasta Nederlandsche Indie Spoorweg (NIS), baru kemudian perusahaan kereta api milik pemerintah Staatsspoorwegen (SS) melebarkan jaringanyya ke Solo. Surat Kabar Bumiputera beraksara Jawa pertama kali juga terbit di Solo bernama Bromartani (1896), menyusul kemudian surat kabar berbahasa Belanda, dan Melayu Tionghoa, maupun surat kabar berbahasa Melayu milik Bumiputera seperti Sarotomo dan Doenia Bergerak.
Organisasi pergerakan kebangsaan modern tersebut antara lain Sarekat Islam yang dipelopori pendirinya oleh saudagar batik dari Laweyan Haji Samanhoedi. Selain itu ada pula gerakan yang dipimpin oleh anggota keluarga Keraton yang berpendidikan barat, seperti Pangeran Hangabehi (Paku Buwono XI) dan RMA Soerjo Soeparto (Mangkunegaran VII). Boedi Oetomo dan Sarekat Islam dalam perjuangan bangsa merupakan organisasi pelopor yang sangat mempengaruhi perjuangan bangsa pada fase berikutnya.
Pada tahun yang sama dibentuk Pemerintah Haminte (pengindonesiaan kata gemente atau kotapraja) Kota Surakarta. Sejak 5 Juni 1947, wilayah Surakarta menjadi wilayah karesidenan biasa dalam Negara Republik Indonesia.

TUGAS 4
A.   Para Pejuang dan Catatan Singkat Perjuangannya
No.
Nama Pejuang
Organisasi / bidang perjuangan
Catatan singkat perjuangannya / peranannya dalam perjuangan bangsa / daerahnya
1.
Pangeran Hangabehi (Paku Buwana XI)
Politik / Pergerakan Nasional
Beliau berperan dalam pendirian Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional di Indonesia
2.
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
Beliau mendirikan Taman Siswa sebagai Pelopor Pendidikan di Indonesia
3.
Pangeran Diponegoro
Perlawanan fisik terhadap penjajah
Beliau sebagai penggerak masyarakat Jawa untuk melawan penjajah
4.
Dr. Sutomo
Budi Utomo
Beliau mendirikan OrganisasiBudi Utomo untuk bertujuan mencapai Kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.
5.
Slamet Riyadi
Pergerakan Nasional
Beliau adalah seorang pemuda yang sudah berhasil menerobos ke dalam markas dengan meloncati tembok dan membongkar atap markas Kempeitai.
6.
Pangeran Samber Nyawa (Mangkunegaran I)
Politik
Mengusir penjajah Belanda dari tanah ari Indonesia.
7.
Mangkubumi
Politik
Berjuang mempertahankan kekuasaan kerajaan di Surakarta.
8.
Kyai Haji Samanhoedi dan HOS Cokroaminoto
Sarekat Dagang Islam dan Sarekat Islam
Haji Samanhoedi mendirikan SDI di Surakarta. Pendirian Sarekat Islam yang   bertujuan membela perdagangan Islam untuk menyaingi para pedagang Cina. Kemudian SDI diubah menjadi SI. SI sering mengadakan kegiatan politik dan mendesak pemerintahan Belanda untuk membentuk perwakilan rakyat, kemudian dinyatakan bahwa tujuan akhir SI adalah untuk mencapai Pemerintahan sendiri. Dan selalu membela rakyat kecil dari Imperialisme Belanda.
9.
Khayun
Hizbullah
Mengadakan gerilya untuk menghadapi Pemerintahan Belanda yang telah menduduki jota Solo pada tanggal 21 Maret 1949. Khayun terkenal sebagai pemuda yang pemberani, jujur, dan bertanggung jawab. Ia menyerang Belanda sampai Jebres, Khayun dan teman – temannya tertembak di kampong Gurawan. Ia dimakamkan di Tipes dan oleh kakaknya Gesang dipindahkan ke Pulo.
10.
Thobari
Hizbullah
Thora masuk menjadi Hizbullah untuk memerangi penjajah Belanda. Ia semula ikut bergerilya di Solo Selatan sampai ke Bekonang. Ia sering bergerilya masuk ke   Kota Solo, akhirnya ia bergabung dengan Hizbullah lain dari Solo Utara sampai Jenggrik. Hari Minggu, 13 Maret 1949 Thohari gugur dalam medan pertempuran antara Jebres dan Mojosongo di desa Kragan.
11.

Raden Mas Said

Kemerdekaan

Melawan kekuasaan VOC Belanda dan sebagai pendiri Keraton Mangkunegaran di Surakarta
12.
Moh. Hatta dan Moh. Yamin
Jong Sumatera Bond
Mengembangkan budaya Sumatera
13.
Ny. T. Ch Van de Venter
Dana Kartini
Sebagai pendiri sekolah dari kaum wanita
14.
Sultan Agung
Kemerdekaan
Menumpas pemberontakan Cina yang dipimpin Mas Garendi (ingin merebut Keraton)
15.
Nyi Ageng Serang
Kemerdekaan
Pemikir strategi perang

















PROGRAM 2 : SOLO DAN KAMPUNG BATIK LAWEYAN
TUGAS 5
A.   Kampung Batik Laweyan
Laweyan adalah salah satu sentral batik di Solo. Kampoeng ini tentunya terdapat banyak sekali sejarah yang tertinggal di kampong ini dan menjadi ikon Batik Solo. Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zamanKerajaan Pajang tahun 1546 . Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilikusaha batik, sampai sekarang pun masih terus ditekuni masyarakat Laweyan. Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain ebagai kampong batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang tediri dari 3 blok.
Kampoeng Batik Laweyan adalah salah satu daerah wisata yang sengaja disediakan oleh pemerintah Kota Solo untuk mengundang para wisatawan asing dan domestik melihat-lihat Batik. Kampoeng Batik Laweyan dinilai sebagai kawasan sentra Batik di Kota Solo dan sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahunn 1546 M. Kawasan ini sempat meraih kejayaannya pada tahun 1970an.
Kampoeng Laweyan didesain dengan konsep terpadu, dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok. Di dalam kampung Batik tersebut, terdapat ratusan pengrajin Batik yang menjual berbagai motif, seperti Tirto Tejo dan Truntum dengan beragam variasi harga. Selain batik, Kampung Batik Laweyan juga menyimpan kekayaan arsitektur Jawa kuno.
B.     Museum Samanhoedi


C.    Riwayat Perjuangan KH. Samanhoedi
Samanhoedi atau sering disebut Kyai Haji Samanhoedi  nama kecilnya ialah Sudarno Nadi. (lahir di LaweyanSurakartaJawa Tengah1868 adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.
Dalam dunia perdagangan, Samanhoedi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhoedi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.
Beliau seorang pedagang batik terbesar pada era 1905 – 1920an di Solo, yang berasal dari Sondakan, Laweyan. Ia adalah seorang yang sangat peduli pada kehidupan warga sekitar yang kesusahan. Melalui perkumpulan yang didirikannya yaitu Rekso Rumekso, solidarits antar warga yang dipimpinnya menjadi kuat sekali. Rekso Rumekso adalah organisasi ronda dengan tujuan menjaga keamanan dari segala pencurian serta tolong menolong antar warga sekitar kalau ada masalah dengan para buruh pabrik batik.
Perkumpulan itu sangat kuat dan anggotanya banyak sekali yang menyaingi perkumpulan para pedagang textile solo yang berasal dari Tiongkok yang bernama Kong Sing. Akibat kebijakan politik pemerintah kolonial Belanda yang memisah – misahkan golongan Eropa, Timur Asing (Cina, Arab), Pribumi maka dua perkumpulan itu cenderung menjadi persaingan yang berbuntut perkelahian missal yang menyebabkan beberapa orang meninggal. Perkelahian dahsyat itu akhirnya membuat berang pemerintah Kolonial Belanda, maka sejak saat itu perkumpulan Rekso Rumekso dipaksa mempunyai landasan hukum (Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Organisasi) kalau tidak, harus dibubarkan.
Merasa tidak mampu membuat hal itu, maka Samanhoedi mendengar sudah ada organisasi modern di Bogor yang dipimpin Tirto Adisuryo yang bernama SDI (Sarekat Dagang Islam). Maka Samanhoedi meminta tolong kepadanya. Dengan memakai anggaran dasar yang sama itulah, maka Samanhoedi mendaftarkan perkumpulan itu dengan nama SDI atau selanjutnya dikenal dengan nama SI (Sarekat Islam). Semenjak itu perkumpulan SI menjadi kuat sekali dengan puluhan ribu anggota dan diresmikan pada tahun 1913. Tetapi kekuatan ini tidak lama, pemerintah Kolonial sangat membatasi ruang geraknya dan Samanhoedi pun terpaksa dilengserkan dan diganti dengan H.O.S Cokroaminoto.
Perkembangan SI semakin runyam seiring pula dengan situasi politik di Eropa yaitu setelah meletus revolusi di Rusia (1917) yang dikenal dengan Revolusi Bolshevik, akibat dari itu tumbuhnya Sosialisme, Komunisme di Eropa (Belanda) yang tentu juga berkembang di negeri jajahannya di Hindia Belanda. Campur tangan pemerintah yang membuat gonjang – ganjing SI ini akhirnya memunculkan SI pro Cokroaminoto dan SI pro Samanhoedi.
Ia dimakamkan di Banaran, GrogolSukoharjo. Sesudah itu, Serikat Islam dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto.

TUGAS 6
Stasiun Jebres
Perubahan yang terjadi pada stasiun Jebres sekarang dibandingkan dengan stasiun Jebres tempo dulu tidak begitu banyak. Dilihat dari kenyataannya, stasiun Jebres tidak banyak mengalami perubahan, banyak bangunan yang dibangun dengan arsitektur bergaya Eropa dengan perpaduan Jawa Tradisional masih melekat pada stasiun ini, bahkan bangunan pada stasiun Jebres masih berdiri kokoh hingga saat ini. Perubahan yang terlihat pada stasiun Jebres antara lain : atap pada stasiun Jebres tempo dulu dan sekarang sedikit berbeda, yang membedakan adalah bentuk atap bagian atas, jendela – jendelanya pun telah mengalami banyak renovasi, sehingga tampak sekali perbedaan antara jendela pada masa stasiun Jebres tempo dulu yang berbentuk persegi panjang yang jumlahnya lebih banyak dan ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan jendela stasiun Jebres yang sekarang, jendela pada stasiun Jebres sekarang berbentuk persegi dengan hiasan setengah lingkaran sebagai symbol dipertahankannya gaya arsitektur Eropa yang jumlahnya pun lebih sedikit namun di renovasi dengan ukuran yang lebih besar. Walaupun sudah mengalami renovasi sebagian, namun stasiun Jebres masih terlihat sebagai bangunan tua yang bersejarah dengan tidak meninggalkan unsur Eropa dan Jawa Tradisionalnya
Saya sangatlah setuju dan bangga melihat stasiun Jebres yang dengan berbagai renovasinya, bangunan ini tetap mempertahankan arsitektur gaya Eropa dan Jawa Tradisionalnya masih berdiri kokoh. Karena mempertahankan nilai sejarah dan budaya suatu bangunan itu lebih sulit daripada saat membangun.

TUGAS 7
Bangunan Panti Asuhan
Keadaan bangunan yang pada tahun 1990 digunakan sebagai pantai asuhan ini masih berdiri kokoh dan juga terawat, meskipun sudah terlihat rapuh namun bangunan ini masih utuh dan tidak ada yang hancur. Tidak terlihat renovasi yang mencolok pada bangunan ini sehingga tidak ada perubahan pada arsitektur pada bangunan tersebut ini, perubahan – perubahan malah banyak terjadi disekitar bangunan itu, banyak bangunan yang tinggi gedung – gedung yang besar, dan lainnya, sehingga mengakibatkan bangunan bekas panti asuhan ini tidak sebagus dan tidak semegah dulu, karena tertutupi oleh bangunan – bangunan yang baru yang semakin menggeser bangunan kuno, namun demikian warga sekitar tetap merawat dan melestarikannya sehingga tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunan ini sekarang telah beralih funsi sebagai instansi militer.
Pendapat dan persaan saya mengenai nasib bangunan ini sangatlah bangga, karena bangunan yang mempunyai nilai sejarah tinggi di kota Solo ini masih berdiri kokoh dan sangat terawatt, ditambah lagi dengan warga sekitar yang ikut mau menjaga dan melestarikan bangunan itu, namun masih terbesit keprihatinan melihat bangunan tersebut kurang mendapat kepedulian dari pemerintah kota. Seharusnya bangunan itu bias terlihat baik bila ada renovasi dan juga bangunan – bangunan tua di kota Solo seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata yang sangat mendidik sekaligus menguntungkan, karena dapat menumbuhkan rasa cinta pada sejarah Indonesia khususnya kota Solo. Dan dapat memperkuat citra kota Solo sebagai kota Budaya.
TUGAS 8
Bangunan Kuno di Kota Solo
No.
Nama / Macam Bangunan
Lokasi Bangunan
Kondisi Bangunan
Pengaruh   Asing
Perasaan Saya
Terawat
Tidak Terawat
Hancur
1.
Kantor Kodim
Samping Benteng Trade Center
-
Ö
-
Eropa
Kantor Kodim telah dirubuhkan demi kepentingan pribadi seseorang, sangat disayangkan sekali kenapa hal ini bias terjadi.
2.
Rumah Kelelawar
Jl. Slamet Riyadi ( Depan Jackstar)
-
Ö
-
Eropa
Bangunan ini, dari luar terlihat sangat gelap dan menakutkan. Akan tetapi bangunan ini juga harus perlu dirawat, karena merupakan satu bangunan bersejarah di kota Solo.
6.
Benteng Vastenburg
Jl. Mayor Sumarno Beteng Solo Kota / Pasar Kliwon
-
Ö
-
Eropa
Keadaan sungguh sangat memprihatinkan, karena bangunan bernilai sejarah tinggi ini, dibiarkan begitu saja tanpa ada sentuhan perawatan serius dari dinas terkait.
7.
Belong
Jl. Mayor Sunaryo depan PCS
-
Ö
-
Eropa
Dulu adalah benteng terhadap serangan Belanda.
8.
Lodji Gandrung
Jl. Slamet Riyadi
Ö
-
-
Belanda
Sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Walikota Solo
9.
Instansi Militer
Samping BTC
Ö
-
-
Eropa
Tahun 1900 adalah tempat panti asuhan
10.
Stasiun Jebres
Jebres, dekat Pasar Ledoksari
Ö
-
-
Eropa
Sudah terjadi banyak perubahan dari kondisi yang dulu
11.
Balai Kota
Depan Gedung BRI
Ö
-
-
Belenda
Sekarang tampak lebih megah






PROGRAM 3 : BANGUNAN KERATON SEBAGAI SITUS BUDAYA
TUGAS 9
Keraton Mangkunegaran terletak di tengah – tengah kota Surakarta, di wilayah Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Luas bangunan Keraton mangkunegaran berada diatas tanah seluas 302,50 m x 308,25 m = 93.245,625 m².
Istana Mangkunegaran merupakan kediaman resmi dari Mangkunagoro. Istana ini merupakan model rumah bangunan Jawa Tradisional yang dibangun oleh Mangkunagoro II dari tahun 1804-1899.
A.    Benda – Benda Budaya
No.
Benda – benda Budaya
Makna yang Terkandung
Tanggapan Saya
1.
Meriam Kiai Pancawura / Meriam Kiai Sapu Jagad
Sebagai senjata, dengan nama yang menyeramkan yang tersirat harapan untuk dapat menumpas musuh dengan kedahsyatannya.
Benda tersebut cukup eratin terlihat dari usianya yang sudah ratusan tahun, akan tetapi masih terlihat eratin bagus. Benda ini terbuat dari Baja, yang   berfungsi untuk menghancurkan musuh / beteng pertahanan musuh
2.
Batu Selo Pamecat
Sebagai batu yang dipergunakan untuk memenggal kepala dari Trunajaya.
Batu tersebut terlihat masih seperti bentuk aslinya, karena memang batu tersebut dikeramatkan, sehingga dirawat sedemikian rupa, sehingga sampai sekarang masih dapat disaksikan.
3.
Gamelan Kiai Guntur Sari dan Gamelan Kiai Guntur Madu
Sebagai gamelan yang dikeramatkan, dan hanya ditabuh pada saat acara sekaten dan ditabuh elama enam hari sampai dengan bulan Mulud
Gamelan tersebut merupakan seperangkat gamelan yang dikeramatkan, sehingga gamelan tersebut selalu dirawat, dan walaupun telah berusia ratusan tahun tetaplah dapat dipergunakan dan sangat indah untuk dinikmati. Itu semua karena perawatan yang sangat diperhatikan.
4.
Cermin Besar di kanan dan kiri Kori Kemadungan
Mengandung makna introspeksi diri
Merupakan perlambangan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu untuk melihat kekurangan diri sendiri, dalam rangka perbaikan diri sendiri.
5.
Singa
Merupakan lambing dari keperkasaan Mangkunegaran.
Singa merupakan lambing yang cocok yang diberikan pada Raja, singa merupakan raja hutan yang ditakuti oleh para penghuni hutan yang lainnya.
6.
Suryo Sumirat
Lambing yang terdapat dalam trobongan yang memancarkan matahari dan memancarkan sinarnya
Suryo sumirat merupakan lambing dari Pakubuwana
7.
Meriam Lala
Sebagai benda hias untuk menyambut tamu Agung dan untuk upacara pelantikan Raja.
Didalam eratin dalam setiap upacara atau kegiatan selalu membunyikan meriam ini.erhin Mungkin tradisi ini sampai saat ini masih ada
8.
Lukisan pada langit – langit di tengah – tengah pendapa ageng
Untuk mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan. Tiap warna dan bentuk mempunyai makna yang berbeda – beda. Untuk mencegah rasa ngantuk, rasa lapar, rasa takut, mencegah musibah, ,mencegah nafsu yang tidak baik, mencegah pengaruh setan dan terhindar dari pikiran jahat.
Merupakan suatu maha karya yang sudah brumur ratusan tahun, yang sangat menawan dengan ajakan kebaikan pada seluruh penghuninya maupun para tamu sebelum masuk keraton.
9.
Perhiasan
Digunakan untuk hiasan
Ada berbagai perhiasan seperti kalung dan cincin yang terbuat dari emas yang masih eratin dengan baik
10.
Tombak
Sebagai senjata dalam peperangan
Tombak adalah salah satu alat tradisional yang digunakan senjata untuk melawan para penjajah. Bentuk dan perlengkapan tombak berbeda – beda, dan di Keraton Mangkunegaran sendiri tombak tersebut masih dirawat dengan baik


Benda – benda Budaya di Keraton Mangkunegaran
No.
Benda – benda Budaya
Makna yang Terkandung
Tanggapan Saya
1.
Menara Keraton
Menurut kepercayaan tempat ini digunakan sebagai pertemuan Raja dengan Ratu Kidul
Bangunan ini sangat besar dan indah karena abdi dalem Karton merawatnya dengan baik sehingga bangunan ini tetap berdiri kokoh hingga sekarang
2.
Patung di Pendopo Agung
Souvenir dari Negara Vatikan dan menandakan Kahtolik masuk Solo sejak PB X berkuasa pada tahun 1819
Ini menunjukkan bahwa Raja sangat ramah pada siapa saja, walaupun Raja beragama Islam, Beliau tidak mengharuskan warganya untuk beragama Islam juga
3.
Sarajantra
Senjata yang berukirkan kalimat Syahadat
Ukirannya terbuat dari emas
4.
Wahana Dewa
Kendaraan Dewa yang menunjukkan cirri khasnya masing – masing
Memberitahukan kepada kita bahwa para Dewa memiliki kendaraanya mereka sendiri
5.
Sampara
Bagian atas tongkat para Pendet
Walaupun berumur sudah cukup lama, tetapi maih terjaga nilai sejarahnya

B.    Bangunan – bangunan Istana
1.      Bangunan utama terdiri dari :
a.       Kedhaton
Ø  Fungsi : sebagai kediaman Ratu dan Raja
Ø  Pendapat saya : tempat ini sangat dijaga karena sebagai tempat kediaman Ratu dan Raja, dan sangat tertata eratin bersih
b.      Baluwarti
Ø  Fungsi : Awalnya Baluwarti merupakan wilayah yang dihuni keluarga eratin dan abdi dalem
Ø  Pendapat saya : ini merupakan temapt eratin yang sekarang sudah berubah menjadi eratin tempat tinggal
c.       Paseban
Ø  Fungsi : ruang dimana rakyat menghadap kepada para Pangeran (jika di eratin berwujud bangunan yang disebut Balai Seba).
Ø  Pendapat saya : tempat ini sangat luas sekali dan terletak di halaman eratin
d.      Alun – Alun
Ø  Fungsi : sebagai tempat melaksanakan berbagai jenis kegiatan eratin
Ø  Pendapat Saya : Tempat ini sangat strategis, terdapat di tengah – tengah kota. Sering digunakan dan ramai jika acara Sekaten tiba
e.       Pendhopo Ageng
Ø  Fungsi : sebagai tempat resepsi dan mementaskan tarian – tarian jawa
Ø  Pendapat Saya : Bangunan ini terlihat megah dengan berbagai hiasan patung, dan tiang yang memperkokoh bangunan ini, dan terlihat sangat terawatt.
f.       Dalem Ageng
Ø  Fungsi : sebagai tempat diadakannya upacara tradisional dan memiliki bentuk eratin (dengan 8 buah soko guru). Semua barang – barang Mangkunegaran disimpan di Dalem Ageng dan dapat dilihat oleh umum
Ø  Pendapat Saya : bentuk bangunan ini sangat menarik yaitu Ketuk Ngembang, dan terlihat sangat terawatt.
g.      Peringgitan
Ø  Fungsi :sebagai tempat pementasan wayang kulit dan sebagai tempat penerimaan tamu kehormatan
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat diprhatikkan karena selalu dibuat pementasan wayang, jadi tempat ini sangat diarwat dengan baik
h.      Panggung Sangga Buwana
Ø  Fungsi : sebagai tempat pengintaian, juga sebagai tempat bersemedi para Raja
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat erati dan berbau mistis
2.      Bangunan – bangunan lain :
a.       Pagelaran Sasana Sumewa
Ø  Fungsi : sebagai tempat penobatan Raja
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat terawatt dan tertata rapi
b.      Siti Hinggil
Ø  Fungsi : sama seperti Pagelaran Sasana Sumewa yaitu sebagai tempat penobatan Raja
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat megah dan indah
c.       Kori Mangu
Ø  Fungsi : Tempat pemberhentian para prajurit – prajurit perang jaman dahulu
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat terjaga dengan baik
d.      Kori Brojonolo
Ø  Fungsi : tempat pembersihan hati seseorang
Ø  Pendapat Saya : ditempat ini sangat cocok untuk membersihkan hati, karena tempat ini sangat tenang. Ditempat ini juga kita akan mndapatkan ketenangan
e.       Kori Kamandungan
Ø  Fungsi : tempat berhias dan bercermin
Ø  Pendapat Saya : tempat ini sangat nyaman untuk memperindah diri. Tempatnya sangat bersih, disini kita dapat bercermin terhadap diri sendiri
f.       Pendapa Ageng Sasana Seweka
Ø  Fungsi : tempat untuk menarikan tarian Bedhaya Ketawang
Ø  Pendapat Saya : Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian yang sangat erati dan hanya dipentaskan pada acara – acara tertentu
g.      Dalem Ageng Praba Suyana
Ø  Fungsi : tempat kediaman dan hanya kerabat eratin yang dapat tinggal disini
Ø  Pendapat Saya : sebagai tempat kediaman Raja dan kerabatnya, tempat ini sangat terawatt dan tertata eratin bersih
h.      Maket Maligi
Ø  Fungsi : sebagai tempat penobatan Raja
Ø  Pendapat Saya : tempat ini terkesan agak menakutkan karena berbau mistis

TUGAS 10
Kondisi Bangunan di Kota Solo
No.
Nama / Macam Bangunan
Kondisi Bangunan
Pengaruh Asing
Tanggapan
Baik
Rusak
Renovasi
1.
Masjid Agung Solo
Ö
-
-
Eropa
Bangunan ini merupakan salah satu asset budaya kota Solo yang masih digunakan hingga sekarang.
2.
Kelenteng
Ö
-
-
China
Bangunan ini dipengaruhi oleh arsitektur China dan sampai sekarang masih tertata rapid an terawatt dengan baik.
3.
Stasiun Jebres
-
-
Ö
Perpaduan antara Eropa dengan Jawa Kuno
Bangunan ini mengalami beberapa perubahan, namun masih terlihat jelas pengaruh Jawa dan Eropanya.
4.
Menara Keraton Kasunanan Surakarta
Ö
-
Ö
Perpaduan antara Jawa dengan Hindhu
Kita wajib menjaga bangunan ini agar tetap berdiri tanpa menghilangkan nilai sejarahnya.
5.
Benteng Vastenburg
Ö
-
Ö
Eropa
Keadaan sungguh sangat memprihatinkan, karena bangunan bernilai sejarah tinggi ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya perawatan serius dari Dinas terkait.
6.
Pasar Klewer
-
-
Ö
Perpaduan antara Eropa dengan Jawa
Bangunan ini masih digunakan dan masih terawat.
7.
Gapura di Pasar Gedhe
Ö
-
Ö
Belanda
Bangunan ini masih kokoh berdiri hingga saat ini dan termasuk peninggalan sejarah yang harus dilestarikan.
8.
Menara Masjid di dalam Keraton
Ö
-
Ö
Eropa
Masjid ini berdiri di dalam eratin, dan kita harus wajib menjaganya
9.
Masjid Keraton Kasunanan
Ö
-
Ö
Islam
Masjid ini digunakan sebagai tempat penyebaran agama Islam.
10.
Pintu Keraton Kasunanan
Ö
-
-
Islam
Pintu ini dibuat dari Eropa.
11.
Kuil Apokian
Ö
-
Ö
Cina
Terlihat adanya unsur kebudayaan Cina.
12.
Gereja Antonius Purbayan
Ö
-
Ö
Eropa
Bangunan ini dipakai sebagai pusat agama katholik.

Special thanks

Semoga bermanfaat....

0 comments:

Post a Comment