Daktiloskopi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Dactylos yang berarti jari-jemari dan scopein yang berarti mengamati atau meneliti, jadi dactyloscopy berarti mengamati atau meneliti sidik jari khususnya garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki untuk keperluan pengenalan kembali atau proses identifikasi seseorang. Mengingat sidik jari ini sangat krusial dan melekat serta unik, maka kepolisian di seluruh dunia menjadikan daktiloskopi sebagai salah satu disiplin ilmu yang wajib dipelajari oleh penyelidik untuk mengidentifikasi korban dan untuk disimpan dalam database kepolisian.
Perkembangan identifikasi sidik jari tidak lepas dari penelitian, berikut ini para penemu, peneliti, dan sejarah pemakaian indentifikasi sidik jari:
1. Marcello Malpighi (1686)
Marcello Malpighi adalah seorang profesor anatomi pada Universitas Bologna, dia menulis dalam sebuah karya tentang ridges, spirals dan loops pada sidik jari.
2. John Evangelist Purkinje (1823)
John Evangelist Purkinje adalah seorang profesor anatomi pada Universitas Breslau, dia mempublikasikan tentang sembilan pola sidik jari, namun dia tidak melanjutkan untuk mempelajari sidik jari.
3. Sir William James Herschel (1858)
Sir William James Herschel adalah seorang Magistrate of the Hooghly district diJungipoor, India. Dia mengadakan perjanjian dengan salah seorang pengusaha bernama Rajyadhar Konai dengan menggunakan sidik jari sebagai personal identification pengganti tanda tangan.
4. Dr. Henry Faulds (1870)
Dr. Henry Faulds adalah seorang ahli bedah Inggris yang bekerja sebagai Kepala Tsukiji Hospital di Tokyo. Dia tidak hanya mempelajari sidik jari untuk kepentingan identifikasi, namun juga menciptakan metode untuk mengklasifikasikannya.
5. Gilbert Thompson (1882)
Gilbert Thompson adalah seorang ahli geologi Amerika yang bekerja di New Mexico, dia yang memperkenalkan pengetahuan tentang identifikasi sidik jari di Amerika Serikat.
6. Alphonse Bertillon (1882), seorang penegak hukum dari Perancis dan peneliti biometrik yang menemukan teori yang disebut anthropometry , yaitu suatu sistem identifikasi untuk melakukan pengukuran pada fisik manusia. Anthropometry ini menjadi sistem identifikasi seseorang yang digunakan kepolisian pertama kali.
7. Mark Twains (1883)
Mark Twains menulis buku "Life on the Mississippi" dan "Pudd'n Head Wilson", yang menceritakan bahwa seorang pembunuh teridentifikasi karena sidik jarinya, beberapa film detektif yang ada saat ini terinspirasi dari buku-buku Mark Twains.
8. Sir Francis Galton (1888)
Galton adalah seorang antropologis dari Inggris yang menemukan teori untuk mengklasifikasikan sidik jari agar berguna dalam identifikasi forensik.
9. Juan Vucetich (1891)
Vucetich adalah seorang ahli antropologi dan police official asal Kroasia yang tinggal di Argentina, dengan mendasari penemuan perumusan dari Francis Galton dan Bertillon, dia mendirikan Center of Dactyloscopy di Buenos Aires, Argentina. Teori Vucetich-Galton ini pertama kali diuji coba pada peristiwa pembunuhan yaitu ketika Fransisca Rojas membunuh kedua anaknya dan kemudian bunuh diri dengan memotong lehernya sendiri. Kepolisian Argentina mencari tahu kemungkinan pembunuhnya dari luar, namun ketika ditemukan sidik jari pada cipratan darah, polisi menggunakan metode dari Vucetich-Galton dan terungkap bahwa pembunuhnya adalah Fransisca Rojas. Setelah kejadian tersebut, metode ini pun menyebar ke seluruh dunia dan digunakan hampir semua kepolisian di dunia untuk melakukan identifikasi.
10. Azizul Haque and Hem Chandra Bose (1897)
Azizul Haque dan Hem Chandra Bose adalah orang India yang bekerja menjadi pegawai di Calcutta Anthopometric Bureau (sekarang menjadi Fingerprint Bureau) .
11. Edward Richard Henry (1900-1901)
Edward Richard Henry yang lebih dikenal dengan Sir ER Henry mengadopsi dan mengembangkan sistem identifikasi sidik jari pada saat The United Kingdom Home Secretary Office memberikan perintah untuk mengidentifikasi kriminal dengan measurement dan sidik jari. Pada 1901, sistem klasifikasi sidik jari yang dikembangkan oleh Henry digunakan pada New Scotland Yard (London Metropolitan Police)dan saat ini digunakan untuk perumusan sidik jari pada kepolisian hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia.
12. Dr. Henry P D’Forrest (1902)
Dr. Henry P D’Forrest menerapkan sistem identifikasi sidik jari di Amerika untuk kepentingan pencatatan sipil.
13. Lembaga Pemasyarakatan New York (1903), menggunakan sistem identifikasi sidik jari untuk melakukan pendataan kepada para narapidananya.
14. Leavenworth Federal Penitentiary in Kansas, the St. Louis Police Department dan International Association of Chiefs of Police (IACP) (1904), menciptakan repository nasional yang diberi nama National Bureau of Criminal Identification.
15. U.S Army (1905)
16. U.S Navy (1907)
17. U.S Marine Corps (1908)
18. California Police Departement (1915)
19. Federal Bureau of Investigation (1924)
Divisi Sidik Jari FBI mulai menggunakan sistem identifikasi sidik jari otomatis untuk membuat repositori.
20. Interpol (2005)
Interpol memiliki Automated Fingerprints Identification Sistems dan membuat repositori sidik jari pelaku kejahatan di 184 negara anggotanya.
21. U.S Department of Homeland Security (2009)
U.S Department of Homeland Security saat ini mengembangkan dan memiliki sistem identifikasi dan repositori sidik jari terbesar yang saat ini digunakan untuk database sistem Automated Fingerprints Identification Systems (AFIS) di FBI, sistem ini juga dikenal dengan Fast Capture Fingerprints.
Sidik jari berdasarkan tipenya
Sidik jari itu kan lain-lain gan, namun dapat diklasifikasikan menjadi beberapa model yaitu right loop, left loop, whorl, arch dan tented arch.
Sidik jari berdasarkan keperluannya
1. Rolled-fingerprint
Rolled fingerprint merupakan cetakan sidik jari yang diambil secara memutar jadi hampir sampai punggung jari, sidik jari ini yang diambil kepolisian untuk dimasukkan dalam database. Jadi nilai informasinya lengkap
2. Plan-fingerprint
Sidik jari ini biasanya digunakan untuk kartu identitas, ijazah dan legalitas pemerintahan. nilai informasinya tidak selengkap Rolled-fingerprint.
3. Latent-fingerprint
Sidik jari ini yang ditemukan di tempat kejadian perkara, dan untuk melihatnya juga diperlukan tools khusus, misalkan menempel di dinding, pelatuk senjata dll. Sidik jari ini pula yang akan dicompare dengan rolled-fingerprint dalam database kepolisian untuk menyempitkan penyelidikan polisi. Sidik jari tipe ini seringkali tidak sempurna karena pada proses pencetakannya tidak disengaja (tertinggal di sebuah objek).
Pada mulanya identifikasi sidik jari hanya dilakukan oleh human-expert saja, namun saat ini mulai dikembangkan sisitem-sistem komputasi cerdas (Artificial Intelligence approach) yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari.
Berikut ini contoh beberapa pendekatan komputasi untuk matching sidik jari:
1. Rule-based Approach
Rule-based Approach merupakan pendekatan yang lebih banyak digunakan para ahli daktiloskopi dalam melakukan identifikasi sidik jari, metode ini dilakukan dengan menggambarkan/membuat garis yang mengikuti pola guratan sidik jari aslinya dan menghitung masing-masing jarak pada pola guratan tersebut.
2. Syntactic Approach
Pendekatan Syntactic didiskripsikan dengan membuat terminal-terminal pada setiap perubahan alur guratan sidik jari yang didapatkan dari ekstrasi sidik jari serta memberikan tanda pada setiap titik perubahan tersebut.
3. Structural Approach
Metode pendekatan struktural didefinisikan dengan membagi sidik jari menjadi beberapa bagian sesuai dengan arah alur guratan sidik jari serta menghubungkan antar bagian-bagian tersebut.
4. Statistical Approach
Metode statistik mencocokan sidik jari dengan menghitung vektor yang didapatkan dari garis lurus yang ditarik untuk membagi setiap tipe guratan pada sidik jari.
5. Neural Network Approach
Beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan jaringan syaraf berbasis pada multilayer perceptrons dan menggunakan elemen-elemen yang didapatkan dari ekstraksi dengan metode orientation image.
6. Combined Approaches/Multiple Classifier
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendekatan sebelumnya, pendekatan ini tercipta untuk melengkapi masing-masing kekurangan dari setiap pendekatan tunggal.
Semoga bermanfaat....
0 comments:
Post a Comment